
Sutradara film Merah Putih: One For All, Endiarto, buka suara mengenai isu yang menyebut karya animasi tersebut menelan biaya produksi hingga Rp6,7M.
Beliau mengaku tidak tahu dari mana rumor produksi Merah Putih mencapai miliaran rupiah itu muncul. Endiarto bahkan, merasa angka itu begitu fantastis jika benar-benar diterima dirinya dan tim produksi.
“Saya enggak tahu juga itu angka ketemu dari langit atau apa,” ujar Endiarto. Biaya produksi menjadi salah satu topik yang disorot netizen sejak Merah Putih: One for All viral di media sosial.
Film itu sempat diklaim menelan biaya produksi Rp6,7M dengan pengerjaan kurang dari satu bulan.
Mengenai rumor biaya anggaran tersebut muncul pertama kali lewat unggahan akun yang membahas perfilman di Instagram, @movreview, pada Jumat (8/8). Unggahan tersebut mengutip ucapan Produser Eksekutif film ini, Sonny Pudjisasono.
Netizen juga menjadi heran jika biaya produksi itu terbukti mencapai Rp6,7 M ketika menonton trailer yang menampilkan kualitas animasi Merah Putih: One for All.
Sebagai perbandingan, biaya produksi anime sekelas One Piece atau Demon Slayer per episodenya hanya sekitar Rp1,8 M, dengan kualitas yang jauh lebih tinggi.
Penggunaan aset siap pakai tanpa penyesuaian yang memadai dan membuat film ini minim nuansa lokal serta, terasa aneh secara keseluruhan.
Para warganet menilai bahwa selera artistik animatornya kurang, sehingga memperkuat kesan buruk pada film.
Kontroversi Anggaran Miliaran Film Merah Putih: Warganet Curiga dan Produser Bersuara

Anggaran miliaran rupiah pun banyak dipertanyakan oleh para warganet. Warganet curiga, biaya karakter dan set yang dibeli hanya belasan dolar, namun anggaran produksi diklaim mencapai miliaran rupiah.
Menanggapi berbagai kritikan, produser film, Toto Soegriwo, justru menanggapi dengan nada sindiran melalui akun Instagram-nya.
“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?,” tulisnya, dalam sebuah unggah Melalui akun Instagram-nya.